SMPN 1 Purwoharjo Tampil Memukau di Festival Angklung Caruk Banyuwangi

Kedatangan SMPN 1 Purwoharjo, peserta nomor 12 dari wilayah selatan, ke lokasi Festival Angklung Caruk di Gedung Seni Budaya (Gesibu) Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur tidaklah sia-sia. Penampilan mereka mendapat sorak sorai dari banyak penonton berkat kualitas musik yang luar biasa serta tarian badut yang memukau.

Tarian Badut dan Sinden yang Mengesankan

Mohamad Syahroni, sang badut dalam pertunjukan tersebut, mengungkapkan bahwa ia mengandalkan gerakan Cakilan, Klono, dan beberapa gerakan khas daerah lain dalam tarian yang dibawakannya.

"Saya mulai berlatih tari sejak umur 7 tahun dengan Kakek Yar, Mbah saya. Awalnya saya belajar Reog," ujar Syahroni, yang kini telah sering tampil secara profesional, Sabtu (25/2/2017).

Sementara itu, Rahma Eka Diva Jelita, sang sinden, turut tampil apik dengan membawakan lagu Getak’i diiringi alat musik angklung, kluncing, saron, peking, kendang, kempul, dan slenthem.

"Tadi kawan-kawan memainkan lagu Bendrongan, sedangkan saya menyanyikan lagu Getak’i. Lagu itu bercerita tentang petani yang sedang mengusir burung di sawah dengan membentak-bentak agar burung pergi," jelas Rahma.

SMPN 1 Purwoharjo Terpilih sebagai Penyaji Terbaik

Berkat penampilan yang luar biasa, SMPN 1 Purwoharjo berhasil terpilih sebagai salah satu penyaji terbaik dan akan tampil kembali di malam harinya untuk memperebutkan gelar juara. Penyaji terbaik lainnya adalah:

  • SMPN 2 Srono (Nomor peserta 11)
  • SMPN 1 Glagah (Nomor peserta 15)
  • SMPN 1 Banyuwangi (Nomor peserta 16)

Revitalisasi Budaya Angklung Caruk

Abdullah Fauzi, staf Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, menjelaskan bahwa acara ini digelar untuk menghidupkan kembali budaya Angklung Caruk yang dahulu sempat marak di Bumi Blambangan.

"Dulu, suporter sampai tawuran demi mendukung grupnya, karena ini adalah pertunjukan yang mempertemukan satu grup musik dengan grup lainnya. Akibatnya, festival ini sempat dihentikan. Kini, kami kembali menggelarnya agar generasi muda dapat belajar dari para pelaku lama yang masih ada. Yang kami buang adalah tawurannya, bukan budaya Angklung Caruknya," jelas Fauzi.

Sesi Paling Ditunggu: "Adol Lagu"

Dalam festival ini, 10 grup dari tingkat SD turut berpartisipasi, namun hanya 8 grup yang hadir, sementara 2 grup lainnya tidak datang. Untuk tingkat SMP, terdapat 6 grup peserta yang berasal dari Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan di berbagai kecamatan di Kabupaten Banyuwangi.

Salah satu sesi yang paling ditunggu dalam Angklung Caruk adalah "Adol Lagu", yaitu kompetisi di mana satu grup memainkan musik tertentu dan grup lawannya harus menebak judul lagu tersebut.

Jika tebakannya salah, penonton bersorak. Jika benar, mereka juga bersorak. Dulu, situasi sering memanas karena badut tidak hanya bertugas menari, tetapi juga membakar semangat persaingan antargrup. Namun, kini festival dikelola dengan lebih baik, dengan setiap peserta berjabat tangan setelah tanding sehingga tidak ada lagi pertengkaran yang terjadi.

Previous Post Next Post